Sepakbola Putri Indonesia Butuh Sarana Menapaki Karier

Sepakbola Putri Indonesia Butuh Sarana Menapaki Karier


Jakarta

Sepakbola putri masih butuh perhatian ekstra. Salah satu hal utama yang dibutuhkan saat ini adalah sarana penyaluran kemampuan sejak usia dini.

Kompetisi sepakbola untuk kalangan putri di Indonesia bisa dikatakan masih sangat minim. Hal ini bisa menjadi kendala dalam menemukan bakat sip untuk mengisi Timnas Indonesia putri di masa depan.

MilkLife Soccer Challenge menjadi salah satu wadah yang sedang konsisten menggelar turnamen-turnamen sepakbola putri kelompok umur. Namun, event ini tentu tidak bisa melulu dijadikan pijakan untuk memajukan sepakbola putri.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indonesia masih membutuhkan sarana dan pengelolaan yang tepat untuk sepakbola putri. Para bibit-bibit pemain putri dari Soccer Challenge harus bisa dan mau meneruskan minatnya lewat Sekolah Sepakbola (SSB).

Soccer Challenge saat ini sedang menggelar seri 2 Yogyakarta. Turnamen dihelat di Stadion Tridadi Sleman dan Lapangan Bola Sidomoyo mulai Rabu (23/10) hingga Minggu (27/10).

Peserta terbagi dalam 64 tim Kelompok Usia (KU) 12 dan 49 tim KU 10, yang diikuti 800an peserta. Sebelumnya pada Seri 1, terdapat 452 siswi yang berasal dari 24 SD dan MI.

“Dengan semakin banyak peminat yang ingin menyalurkan talenta menjadi pesepakbola putri, tentu semakin besar peluang untuk menemukan mereka yang benar-benar memiliki bakat besar atau daya juang tinggi agar dapat terus dikembangkan,” kata Program Director MilkLife Soccer Challenge, Teddy Tjahjono, dalam keterangan pers.

“Hal yang dibutuhkan untuk menumbuhkan banyak kecintaan terhadap sepakbola putri adalah sarana untuk menapaki karier sejak usia dini. Dengan bergulirnya MilkLife Soccer Challenge ini diharapkan para putri dapat mengasah minat dan bakat mengolah bola di lapangan,” sambungnya.

“Kegiatan ini juga menjadi salah satu pendorong agar Sekolah Sepakbola (SSB) semakin banyak membuka kelas putri, sehingga bakat yang muncul semakin terasah agar visi tim sepakbola putri Indonesia berjaya di panggung dunia akan lebih cepat terwujud,” Teddy menegaskan.

Di setiap kota penyelenggaraan, terdapat tim talent scouting yang fokus mengamati bakat-bakat para peserta. Tidak hanya penguasaan teknik dasar bermain bola, penilaian tim talent scouting juga akan bertumpu pada atletisme, postur, agility, kepercayaan diri, kerja sama tim, konsistensi, dan pantang menyerah.

“Hal ini tidak lepas dari kerja keras para guru dan pelatih dalam membangun tim, rutin latihan, serta terus menyuntikan motivasi mempersiapkan siswi-siswi yang akan bertanding secara maksimal. Kami berharap bakat-bakat yang mulai terlihat itu dapat terus diasah dengan bergabung di Sekolah Sepakbola (SSB),” kata asisten pelatih kepala di Soccer Challenge, Asep Sunarya.

(ran/bay)