Wihaji juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam mengurangi kecanduan anak atau remaja terhadap perangkat gawai. Orang tua diharapkan meluangkan waktu untuk berbicara dan berinteraksi secara berkualitas dengan anak-anak mereka.
“Handphone itu lebih dari 7-8 jam kita pegang, itu akan memengaruhi otak dan membentuk mental kita. Saya setuju bahwa remaja adalah kekuatan, oleh karena itu harus diedukasi dengan baik, diberi penjelasan, ruang, tempat, dan kesempatan untuk mencurahkan pikiran, sekaligus diberikan apresiasi buat mereka,” ucapnya.
Hal ini menunjukkan bahwa interaksi yang baik antara orang tua dan anak dapat berkontribusi dalam mengurangi dampak negatif dari penggunaan gawai.
Di sisi lain, Kementerian Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PPPA) untuk meningkatkan literasi digital di kalangan masyarakat. Program ini dirancang untuk melibatkan perempuan agar mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan teknologi digital.
Tujuan dari inisiatif ini adalah untuk mengurangi penggunaan gawai dan media sosial yang tidak sehat di kalangan anak. Menteri PPPA, Arifah Fauzi, juga mengungkapkan bahwa pemerintah berencana meluncurkan fasilitas bermain dan berkreasi bagi anak-anak, yang dinamakan Ruang Bersama Merah Putih.
Program ini akan menyediakan permainan tradisional sebagai alternatif yang menarik, dengan harapan dapat mengurangi ketergantungan anak pada media sosial dan gawai.
Sebelumnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) telah melakukan pertemuan dengan seorang siswi kelas 8 SMP di Semarang yang dikenal dengan inisial S. Siswi tersebut mengalami kesulitan untuk naik kelas akibat kecanduan permainan daring.
“Saya baru saja menemui seorang siswi kelas 8 SMP di Semarang yang kecanduan game online,” ungkap Kawiyan, Komisioner KPAI di Subklaster Anak Korban Pornografi dan Cyber.
Kawiyan menjelaskan bahwa S tidak dapat naik kelas selama satu tahun terakhir karena sering absen dari sekolah. Ibu S mengungkapkan bahwa putrinya menghabiskan sebagian besar malam untuk bermain gim, sehingga ia kesulitan untuk bangun pagi dan pergi ke sekolah.