Manajer Ajax Amsterdam John van’t Schip mengatakan kekalahan ini menjadi yang paling memalukan sepanjang sejarah dan akan selalu jadi kekalahan yang tak terlupakan.
“Ajax berada dalam fase di mana segala sesuatunya berjalan buruk, pertandingan ini seperti laki-laki melawan anak laki-laki, atau bahkan anak sekolah. Ini benar-benar memalukan … Ini adalah hari yang ingin kamu hapus dari pikiranmu dengan cepat, tetapi itu akan menghantui kita untuk waktu yang lama,” kata Manajer Ajax John van ‘t Schip dikutip dari AFP, Senin.
Enam gol dari tuan rumah Feyenoord dicetak masing-masing oleh Igor Paixao (menit ke-34 dan ke-66), Yankuba Minteh (menit ke-35 dan ke-56), David Hancko (menit ke-45) dan Quinten Timber (menit ke-62).
Selain mencetak setengah lusin gol, Feyenoord juga melepaskan tiga puluh tembakan dengan lima belas diantaranya mengarah langsung ke gawang Geronimo Rulli.
“Kami selalu bisa berkemungkinan kalah, tetapi tidak menerima kekalahan seperti ini,” ujar kapten Ajax Amsterdam Steven Bergwijn.
Di musim ini, Ajax selalu dipermalukan oleh Feyenoord dalam derbi “Klassieker”. Selain menelan kekalahan dengan margin enam gol, pada pertemuan pertama kedua tim yang berlangsung pada September tahun lalu, Ajax dipermalukan di hadapan pendukungnya sendiri usai takluk dengan skor empat gol tanpa balas.
“Selama musim ini, kami telah mengalahkan mereka 10-0. Itu cukup istimewa,” ujar Quinten Timber.
Hasil ini membuat Feyenoord menjaga asa untuk mengunci satu tiket zona Liga Champions Eropa. Saat ini Feyenoord berada di peringkat kedua dengan koleksi 69 poin dari 29 pertandingan atau tertinggal sembilan poin atas PSV Eindhoven yang memimpin puncak klasemen sementara.
Sedangkan itu, Ajax yang berusaha bersaing untuk masuk ke zona Eropa, kini berada di peringkat keenam dengan mengumpulkan 45 poin dari 29 pertandingan.
Baca juga: Belanda janjikan penyelidikan kericuhan laga Ajax kontra Feyenoord
Baca juga: Fans Ajax bentangkan “Oom Simon Terima Kasih” pada sang legenda
Pewarta: Fajar Satriyo
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024