Kirk Atkinson, yang menjabat sebagai ketua peneliti di departemen energi dan teknik nuklir di Ontario Tech University di Oshawa, mengungkapkan asal-usul proyek ini yang berkaitan dengan pemanfaatan energi nuklir.
“Gagasan menggunakan energi nuklir di ruang angkasa bukan hal baru. NASA juga telah mengerjakannya selama satu dekade atau lebih, dan mereka telah melakukan eksperimen demonstrasi di AS, di mana mereka membuat reaktor kecil seperti yang diharapkan,” ujar Atkinson.
Pada Agustus, NASA mengumumkan rencananya untuk menempatkan reaktor nuklir di Bulan pada 2030, yang mana waktu tersebut lima tahun lebih awal dibandingkan rencana gabungan China dan Rusia.
Namun, saat ini mereka belum memiliki kemampuan untuk meluncurkan roket dari Bumi. Di sisi lain, Daniel Sax, CEO Canadian Space Mining Corporation (CSMC), menyatakan Kanada berambisi untuk berpartisipasi dalam usaha internasional untuk membangun koloni permanen di Bulan.
Teknologi reaktor mikro ini tidak hanya berguna untuk eksplorasi luar angkasa, tetapi juga berpotensi diterapkan di komunitas terpencil serta masyarakat adat di Bumi yang selama ini bergantung pada bahan bakar diesel.
Dengan dukungan dana sebesar 500.000 dolar AS dari CSA untuk proyek ini, Sax menambahkan bahwa jenis reaktor ini tidak hanya terbatas untuk digunakan di Bulan.
Reaktor tersebut dapat beroperasi secara otonom di sebagian besar waktu, dan juga dapat berfungsi di bawah pengawasan saat berada di Bumi. Ini menunjukkan teknologi ini memiliki aplikasi yang luas, baik di luar angkasa maupun di lingkungan yang memerlukan sumber energi alternatif.