PENJELASAN: Mengapa Tiket Olahraga Di Amerika Serikat Sangat Mahal?

PENJELASAN: Mengapa Tiket Olahraga Di Amerika Serikat Sangat Mahal?

Tiket Piala Dunia 2026 di AS melonjak drastis dan mengejutkan dunia, namun dianggap wajar di sana. Mengapa harga tiket olahraga AS begitu mahal dibanding Eropa? Simak analisis faktor ekonomi, budaya, dan strategi FIFA di sini.

Perdebatan mengenai harga tiket olahraga kembali memanas secara global, terutama setelah FIFA mengumumkan harga tiket untuk Piala Dunia 2026 yang digelar di Amerika Utara. Bagi penggemar sepakbola di Inggris dan Eropa, harga yang ditawarkan dianggap sebagai “pemerasan” dan tidak dapat diterima secara moral. Ingatan publik masih segar pada protes suporter Liverpool tahun 2016 yang menolak kenaikan harga tiket menjadi £77, sebuah angka yang dianggap mencederai loyalitas penggemar kelas pekerja.

Namun, di seberang Atlantik, realitas yang terjadi sangatlah berbeda. Di Amerika Serikat, membayar ratusan dolar untuk satu pertandingan olahraga adalah hal yang lumrah dan sudah menjadi norma sosial. Ian Ayre, mantan CEO Liverpool yang kini bekerja di MLS, mengakui bahwa tidak ada reaksi keras dari publik AS ketika tiket dijual dengan harga tinggi, berbeda jauh dengan “kode moral” yang dipegang teguh oleh suporter di Eropa.

Fenomena ini menyoroti perbedaan budaya dan ekonomi yang mendalam antara pasar olahraga AS dan bagian dunia lainnya. Di AS, olahraga dipandang sebagai industri hiburan murni yang tunduk pada hukum pasar bebas dan permintaan tinggi. Sementara itu, di Eropa, klub sepakbola masih dipandang sebagai aset komunitas dengan tanggung jawab sosial, di mana aksesibilitas bagi suporter loyal adalah prioritas utama di atas keuntungan finansial semata.

GOAL coba membedah alasan di balik mahalnya tiket olahraga di AS dibandingkan dengan Eropa. Kita akan melihat peran inflasi ekonomi, revolusi teknologi “dynamic pricing”, hingga perbedaan filosofi kepemilikan klub. Apakah model bisnis olahraga AS yang berorientasi profit maksimal ini akan menjadi standar global baru yang dibawa FIFA?