Hanif menegaskan bahwa terdapat tiga aktivitas yang memberikan kontribusi besar terhadap memburuknya kondisi hidrologis di Tapanuli Selatan.
Faktor pertama adalah keberadaan hutan tanaman industri (HTI). Pembukaan lahan skala besar untuk HTI dinilai menurunkan daya resap tanah.
Kondisi ini memicu kenaikan limpasan air hujan dan mempercepat aliran air menuju sungai sehingga banjir lebih mudah terjadi.
Kedua, pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) juga disebut sebagai sumber tekanan lingkungan. Proses penataan bentang alam dan perubahan struktur sungai untuk kepentingan proyek kerap mengganggu kestabilan ekosistem dan memicu gangguan pada pola aliran di hulu DAS Batang Toru.
Faktor ketiga adalah aktivitas penambangan emas di sekitar aliran sungai. Operasi tambang tersebut dapat merusak struktur tanah, memperlebar sungai, menambah sedimentasi, dan menurunkan kapasitas sungai untuk menahan debit air.
“Semua ini memberi kontribusi signifikan terhadap tekanan lingkungan,” ujar Hanif.